Senin, 23 Juli 2012

Menu Pilihan Warga AS Untuk Sahur

Dua Wanita Cantik

Menu Pilihan Warga AS Untuk Sahur, Lintas Jagat - Umat Muslim di Indonesia kebanyakan memilih nasi dan lauk pauknya sebagai menu makan sahur. Bagaimana dengan warga Muslim di Amerika Serikat? Apa yang mereka pilih sebagai menu sahur?

Menurut laporan Voice of America (VoA), mayoritas penduduk AS menyiapkan menu sahur seperti menu makan malam mereka. Menunya istimewa, seperti yang biasa disiapkan saat keluarga berkumpul di akhir pekan.

Makanan yang disajikan adalah kue dadar, wafel, telur mata sapi atau dadar isi, daging kalkun asap,sosis sapi, dan roti panggang dengan mentega dan selai atau bagel dengan krim keju.

Para imigran asal Timur Tengah yang sudah beberapa tahun tinggal di AS pun umumnya sudah biasa makan sahur dengan menu ala Barat. Mereka meninggalkan menu asli yang biasa mereka makan seperti keju feta, kurma goreng mentega, nasi biryani, buah zaitun dan teh susu.

Arsalan Iftikh, salah satunya, pria  asal Pakistan yang menjadi pengacara di Chicago ini sudah lama tidak menyantap makanan tradisional dari Pakistan. Sejak kecil orang tuanya selalu memasak menu AS.

“Ibu saya selalu masak makanan yang diminta anak-anaknya. Saya suka telur dadar, saudara perempuan saya biasanya minta dibuatkan kue dadar, dan saudara laki-laki saya minta dibuatkan spageti atau masakan lain yang menurut saya aneh untuk makanan sahur. Ketika kami kecil di Chicago, kami selalu makan sahur dengan empat menu lengkap,” paparnya.

Sementara Ali Saleem, lajang berusia 25 tahun yang tinggal di Los Angeles, lebih memilih granola, orak-arik putih telur, dan minuman mengandung protein untuk makan sahur daripada nasi biryani dan paratha yang biasa disiapkan ibunya sewaktu dia kecil di Pakistan, karena menurutnya lebih sehat.

Untuk bujangan, kebanyakan memilih makah sahur di restoran-restoran yang buka 24 jam. Restoran fast food juga menjadi pilihan mereka yang malas memasak.

Ahmed Abedin, pegawai IT di Long Beach, California, misalnya, kerap makan sahur bersama rekan-rekannya di restoran Los Feliz dan berlanjut dengan sholat shubuh di masjid. Demikian pula yang dilakukan kelompok-kelompok mahasiswa Muslim di Universitas Boston yang menggunakan Facebook untuk mengajak makan sahur di International House of Pancake (IHOP).

Meski Muslim di Amerika menjalankan puasa Ramadan dengan tradisi baru, esensi Ramadan tak pernah berubah. Ramadan tetap bulan suci yang digunakan Umat Muslim mendekatkan diri pada Allah SWT.

Seperti kata Iftikhar, "Saya ingat, kakek saya yang tinggal di desa di Pakistan hanya makan sebutir kurma dan segelas air untuk sahur, padahal suhu di sana luar biasa panasnya. Ini membuat saya sangat mensyukuri apa yang kami miliki di Amerika ini, dan lebih memahami bagaimana jauh lebih beratnya berpuasa di berbagai tempat di dunia ini bagi banyak orang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar